Skip to main content
Mobil Listrik Lebih Efisienkah Dibanding Mobil Konvensional?

Mobil Listrik Lebih Efisienkah Dibanding Mobil Konvensional?

·1144 words
Teknologi Ev
Jundi
Author
Jundi
Write Stories Share Inspiration
Table of Contents

Saat ini motor maupun mobil listrik mulai memiliki pesonanya tersendiri, lebih terlihat ‘wah’ dibandingkan dengan mobil konvensional, ya setidaknya untuk sebagian orang.

Tapi karena saat ini, harganya masih terbilang cukup fantastis, dibanding mobil konvensional.

Apalagi jika melihat pengeluaran untuk membiayai perjalanan jika menggunakan mobil EV (Electric Vehicle), tidak perlu merogoh kocek lebih dalam untuk bensin, cukup charge saja yang biayanya jelas lebih murah dibandingkan bensin.

Tapi sekali lagi apakah betul itu faktanya?

Coba kita ulas lebih dalam tentang fakta yang perlu kamu ketahui dari EV yang sekarang sudah merajalela ini, bahkan muscle car pun ikut ikutan trend EV.

Ya, Dodge Charge Daytona mobil yang kekar dan punya tenaga yang buas.

Dodge Charger EV
Dodge Charger EV | Sumber: gridoto.com

Mobil yang sering digunakan pada serial Fast & Furious ini menjadi terlihat ‘cupu’ karena saat ini ada versi EV nya yang pasti tidak ada lagi suara knalpot yang bisa mengintimidasi rivalnya.

Walaupun begitu perjalanan EV ini begitu pesat dan bahkan motor pun sudah banyak yang memperkenalkan produk motor listriknya, dan sekali lagi harganya pun terbilang cukup ’lumayan’.

Lebih efisian EV atau kendaraan konvensional?
#

Benar benar murah.

Lebih hemat biaya yang dikeluarkan untuk mengaspal bersama EV dibanding kendaraan konvensional karena konsumsi daya listrik bisa dibilang jauh lebih hemat.

Tapi.. ada tapinya nih.

Biaya awal yang dikeluarkan lebih besar, bahkan jauh lebih besar dibandingkan kendaraan konvensional.

Baterai
#

Bisa dibilang ini investasi awal yang sangat besar buat EV, percaya tidak harga baterai pada mobil listrik bisa mencapai hampir setengahnya dari harga mobil, bahkan lebih.

Contoh saja harga Hyundai Ioniq 5 tipe standard range yaitu 680 jutaan dan tipe long range yaitu Rp 784 jutaan.

Keduanya punya harga baterai yang berbeda karena kedua tipe tersebut perbedaan yang paling besar yaitu kapasitas baterainya.

Fajar Ahya (Assembly Processing Engineer Hyundai) mengungkapkan bahwa harga baterai Hyundai Ioniq 5 tipe standard berkisar Rp 300 jutaan, sedangkan long range-nya dibanderol Rp 400 jutaan.

Hyundai Ioniq 5
Hyundai Ioniq 5 | Sumber: carmudi.co.id

Luar biasa! Awal mobil listrik masuk ke indonesia pada tahun 2022, berarti belum genap 2 tahun mobil listrik masuk ke indonesia

Pabrikan mobil listrik biasanya memberikan garansi terhadap baterai selama 8 tahun/160.000 km, mana yang tercapai lebih dulu.

Bahkan ada pabrikan seperti MG memberikan garansi seumur hidup, tapi syarat itu diberikan kepada tiga ribu pembeli pertama pada seri MG4 EV dan MG ZS EV, tentu SK berlaku.

Berarti saat ini kita belum bisa menghitung apakah ‘berinvestasi’ uang yang cukup besar untuk baterai ini cukup worth it

Bisakah 8 tahun atau bahkan lebih?

Ya itulah hal yang belum bisa dibuktikan karena belum ada yang mencapai 8 tahun untuk pemakaian mobil listrik.

Untuk hitungan saat ini bisa dibilang biaya yang dikeluarkan lebih hemat karena jika mau hitung hitungan bisa 2 kali lebih hemat dibanding kendaraan konvensional.

Tapi kalau nanti sudah saatnya baterai sudah habis masa garansinya dan butuh mengganti baterai hanya bisa dijawab setelah ada yang menggunakan mobil listrik selama 8 tahun dan kebijakan pabrikan memberikan garansi.

Karena kita tahu sendiri smartphone pun punya masa pakai apalagi dengan pemakaian yang massive, akan mengurangi battery health nya.

Bisa dibayangkan jika suatu saat nanti baterai mobil listrik diganti, butuh jauh lebih banyak uang jika dibandingkan dengan biaya perawatan kendaraan konvensional.

Pada akhirnya ada banyak kemungkinan.

Bisa jadi biayanya lebih mahal dari kendaraan konvensional atau bisa saja jika baterainya berkualitas tinggi bisa jauh lebih lama usianya dari klaim pabrikan, yang bisa membuat mobil listrik bisa lebih efisien

Bahkan bisa jadi selisih konsumsi kendaraan konvensional dengan EV untuk suatu saat nanti digunakan untuk mengganti baterai baru.

Yang berarti tidak ada penghematan budget!

Yaa..sama aja!

Daya listrik yang dimiliki
#

Bisa dibayangkan jika daya listrik yang kamu miliki hanya 450 VA (Volt Ampere) saja?

Menanak nasi plus nyetrika pun nggak akan kuat, bakal nge-jeplak saklar tokennya.

Ya mungkin bisa saja jika yang dimiliki itu motor listrik, tapi percuma kalau tidak bisa digunakan sekedar masak nasi. karena daya yang dimiliki tidak cukup untuk menghandle, minimal 900/1100 VA, supaya bisa digunakan untuk perangkat listrik lainnya

Minimal sekali saat memiliki EV, kamu harus memiliki daya listrik di kisaran 3500 VA untuk pengisian normal dan 7000 VA untuk pengisian fast charging!

Untuk kecepatan pengisian juga diatur oleh pabrikan umumnya ada di kisaran 50 kw sampai dengan 70 kw.

(Untuk saat ini saat saya menyebutkan EV berarti semua kendaraan listrik kecuali sepeda listrik dan motor listrik ya.)

AMAZING!

Walaupun begitu pihak PLN bisa menyediakan home charging yang terpisah dari listrik rumahan, dan itu bekerja sama dengan pihak pabrikan mobil listrik.

Jadi pembayarannya pun bisa dipisah.

Jadi jangan lupa ada biaya lagi yang harus dikeluarkan jika memang listrik dirumah dibawah yang ditentukan.

Ya membangun lagi home charging itu perlu biaya dong, sama saja seperti rumah kamu dipasang token listrik baru, bedanya ini khusus buat EV.


Melihat 2 poin di atas apakah sudah cukup terbayang seberapa ‘murah’ mobil listrik?

Kita bisa melihat mobil listrik hanya bisa dibeli oleh kalangan masyarakat atas yang punya uang lebih dan punya banyak investasi.

Karena untuk berjaga-jaga jika baterai perlu diganti jika sudah satu windu karena masa garansi sudah habis, sekali lagi garansi baterai bisa berbeda-beda setiap pabrikan.

Kalau saya melihat orang yang membeli mobil listrik ini pasti memiliki mobil lain bukan hanya mobil listrik saja.

SPKLU
Sumber: koran.tempo.co

Karena memang mobil listrik belum bisa menjadi mobil utama, karena kita tahu Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) belum menyebar secara merata di indonesia. Hanya di titik tertentu saja.

Yang paling banyak tentu ada di DKI Jakarta dan disusul oleh Jawa Barat lalu diikuti oleh Jawa timur-Bali-Nusra. Untuk di provinsi lain masih sedikit. bisa lihat datanya disini

(Bukan) kelemahan EV yang cukup menarik
#

Ada hal yang membuat saya terheran dan cukup menarik dari mobil listrik.

Mengundang nyamuk!
#

Ya di postingan YT Short yang saya lihat tahun lalu, ada seseorang yang membagikan pengalamannya saat menggunakan ioniq 5, saat dia menyalakan mobil listrik nyamuk berkumpul di sekitar mobil dan masuk ke dalam mobil walau tidak dalam jumlah yang banyak tapi itu cukup mengganggu.

Ada yang berkomentar bahwa mobill litrik punya frekuensi yang membuat nyamuk itu datang karena merasa ‘diundang’.

Cukup menarik dan mengganggu juga jika kita punya mobil canggih tapi banyak nyamuk.

ada satu kelemahan lagi menurut saya, yaitu mobil hampir tidak ada suaranya karena hanya motor yang menggerakan roda saja.

Tidak ada raungan knalpot.
#

itu kelemahan bagi yang suka suara ASMR.

Loh iya kan?

Kamu pasti suka mendengar suara suara khas dari knalpot dan raungan mesin kendaraan yang terdengar garang bukan?

Gentle banget kesannya.

Mungkin suara yang terdengar dari mobil itu hanya gesekan roda dengan aspal saja, sisanya bias oleh suara bising dari kendaraan lain.

Kesimpulan
#

Antara EV dan kendaraan konvensional tentu punya kelebihan dan kekurangan, antara kebutuhan listrik yang tinggi untuk EV dan kepraktisan mobil konvensional karena tidak perlu memasang listrik ribuan VA dirumah dan hanya tinggal mengunjungi pom bensin terdekat.

Pastinya seseorang yang memiliki EV punya pertimbangan yang kuat, dan biasanya juga punya kendaraan konvensional juga di garasinya yang berbahan bakar bensin.