Skip to main content
9 Hal yang Dilakukan Oleh Santri

9 Hal yang Dilakukan Oleh Santri

·1479 words
Coretan Mondok Santri
Jundi
Author
Jundi
Write Stories Share Inspiration
Table of Contents

Hai kawan, bagaimana kabar kalian? semoga dalam keadaan baik yaa…

saya mau membagikan pengalaman yang -semoga saja- menarik selama menjadi santri, apa kalian juga pernah nyantri ?


“Yaa…saya pernah 3 tahun ditingkat SMA”

“Alhamdulillah diberi kesempatan nyantri 6 tahun”

“Saya belum pernah…tapi penasaran gimana sih keseruan menjadi santri”


Yang pernah menjadi santri bahkan sampai sekarang pun masih duduk di bangku pesantren, pasti punya dong pengalaman seru selama di pesantren?

Nah, saya akan coba menuliskan beberapa poin yang mungkin hanya dilakukan oleh santri, kalau ada poin lain kamu bisa menambahkannya di kolom komentar 🙂

Antrian Panjang
#

Kalau kalian hidup di pesantren pasti akan menemukan kondisi yang satu ini.

Saat mau mandi atau makan saya harus antri terlebih dahulu, persis kalau kalian beli tiket kereta saat musim mudik. Antrian panjang.

Contohnya saat saya mau makan nih…

Bel berbunyi 2 kali menandakan bahwa makan sudah tersedia di dapur. Santri berhamburan ke dapur untuk ikut antrian makan.

“Kenapa sih harus lari-lari segala, santai aja kali”

Mungkin itu yang ada di benak kalian. Mungkin.

Faktanya. Kalau telat, kalian akan kehabisan lauknya.

Contoh: lauknya tumis kangkung, beruntung kalian kebagian daun kangkungnya, kadang sedih kalau cuma kebagian tangkainya saja 😀 bahkan besar kemungkinan kalian engga kebagian kalau telat ikut antrian.

Karena alasan itulah, santri yang kebagian piket untuk membagikan lauk pauk harus bisa memperkirakan porsinya, agar seluruh santri tetap kebagian makan.

Disini kami dilatih untuk bisa berlaku adil yaa sob 🙂

Ngomong-ngomong ini bahas makanan atau antrian sih. hehehe…

Makan Bareng
#

Makan pake nampan atau piring besar bisa menampung porsi lebih banyak untuk makan bareng.

Lumayanlah, tingkat kepadatan antrian saat bel makan berbunyi semakin berkurang. Karena hanya 1 orang sebagai perwakilan untuk mengambil makan di dapur dari tiap kelompok makan.

Ada kekurangannya, kadang suka ada sisa-sisa makanan yang tercecer. Mubadzir. Berantakan.

Seringkali ayam milik ustadz atau santri mampir ke math’am (ruang makan) untuk mencari sisa-sisa nasi yang tercecer.

Tetapi, begitulah ayam karena tidak punya akal, tiba-tiba..

Creettt….

Dengan perasaan tak bersalah ayam buang tai sembarangan di lokasi tempat kita makan :D. Bau.

Yah begitulah, resiko.

Setelah muncul permasalahan tersebut, akhirnya asatidz membuat kebijakan agar seluruh santrinya makan di piring masing-masing, karena peluang tercecer sangat besar saat makan bareng, dan yang terpenting adalah engga mubadzir.

Tapi kami tetap bisa makan bareng di momen-momen tertentu.

Saat malam jum’at misalnya…

Setelah sholat maghrib kami membuat kelompok beranggotakan 6 orang, lalu akan ada kakak ospen yang bertugas membagikan nampan lingkaran besar yang sudah berisi nasi dan juga lauknya.

Kadang kita juga makan bareng disaat momen acara kelas atau halaqoh.

Makan bareng satu nampan lebih seru kan bro..? 🙂

Dayn (Hutang)
#

Berhutang seringkali terjadi di pesantren, karena ada banyak kebutuhan penting dan mendesak yang membutuhkan dana.

Contoh: membuat seragam bola, seragam khas pondok, biaya study tour, iuran acara kegiatan, dll.

Kadang pengeluaran sebagian santri lebih besar dibandingkan uang yang dikasih oleh orang tua di setiap bulannya.

Mungkin karena kebanyakan jajan, jadi saat ada kegiatan harus berhutang, karena uangnya habis. Masalahnya adalah, kita belum pandai mengatur keuangan dengan baik.

Sulit, tapi harus ada usaha buat menahan diri untuk engga minjem uang seenaknya, kecuali sangat-sangat mendesak.

+ “Akhi, antum mau bayar hutang hari ini kan? – “Eh afwan, saya ada kebutuhan mendesak nih, bulan depan aja gpp kan.? hehe..” + “Ouh gtu..Oke deh gpp…@><#$%&& :)”

Rada sedikit kesel sih sama temen yang suka ngaret kalau bayar hutang 🙂 Kecuali kalau dia ada kebutuhan yang mendesak jadi yaa mau gimana lagi, sabar aja.

Jum’at Keluar
#

Tiap dua minggu sekali para santri diperbolehkan keluar pondok untuk sekedar refreshing dan menghilangkan penat.

Disamping itu juga waktu keluar ini bisa dimanfaatkan santri untuk membeli beberapa kebutuhan penting seperti seragam OSIS, sabun, buku, dll.

Jadwal Jum’at keluar biasanya dimulai dari pukul 08.00 – 15.00, dan di gerbang depan sudah menunggu kakak kelas ospen (organisasi pesantren) yang mendata siapa saja yang keluar dan ada infaq sebesar 3000 rupiah.

Dengan menggunakan seragam khas pesantren, kami pun keluar jum’at sampai batas waktu yang sudah ditentukan.

Tapi ingat, jangan pergi ke warnet atau main PS yaa, karena tidak diperbolehkan, kecuali saat liburan panjang saja.

‘Rebutan’ Air
#

Karena jumlah santri yang lumayan banyak dan pasokan air pun terbatas, maka kita harus bisa menghemat air.

Biasanya setelah kegiatan yang memeras keringat seperti futsal dan kegiatan pecinta alam akan menghabiskan banyak air untuk mandi.

Beberapa kali kita kehabisan air untuk mandi, padahal badan lengket dan berkeringat, alhasil badan terasa kurang nyaman dan rada bau.

Triknya. Sebelum acara yang menguras keringat, isi dulu ember kita disaat air melimpah, lalu simpan di sekitar kamar mandi. Setelah acara berakhir kita bisa langsung mandi deh..

Engga perlu lagi ngantri buat isi ember di aliran air yang kecil.

By the way, pesantrenku mulai menggunakan air PDAM di tahun 2014 akhir.


Sebelum menggunakan PDAM, kami mengalirkan air dari sungai yang letaknya tidak jauh dari pondokku berada.

Kami gunakan paralon berukuran 1 inch untuk menghubungkan air yang sudah kami bendung di sungai, lalu dialirkan ke penampungan air yang berada di pondok.

Warna airnya seperti kopi susu kebanyakan air.

Walaupun warna airnya seperti itu, tapi kami tetap menggunakannya, aman kok. hehe…

Yaa… walaupun terkadang suka ada kendala berupa paralon mampet atau airnya sedang surut, sehingga aliran air kecil.

Jadi, kami pergi ke sungai dan mencari titik air yang lumayan banyak, dan mandi disana.

Padat Kegiatan
#

Kegiatan sehari-hari yang diprogramkan oleh pesantren lumayan padat.

Mulai dari bangun tidur, membaca Al-Qur’an, setelah itu bersih-bersih lingkungan area pondok, lalu makan dan mandi, lalu dilanjutkan sekolah di jam 07.00 pagi. Ditambah lagi kegiatan di siang dan sore harinya.

Kadang saya merasa waktu begitu singkat, sehingga waktu yang ada terasa kurang. Kita dituntut untuk mampu mengatur waktu dengan baik, agar kegiatan sehari-hari berjalan dengan maksimal.

Ada kegiatan di sekolah yaitu KBM dan ada kegiatan kesantrian yang dilaksanakan diluar waktu sekolah.

So, kita harus bisa mengefektifkan waktu yang ada 🙂

Peraturan Yang Banyak
#

Ada banyak banget peraturan disini.

Dari mulai ujung kuku kaki sampai ujung kepala. Ada.

Kuku dipotong pendek rapi, rambut engga boleh panjang apalagi diwarnai.

Dilarang menggunakan pakaian bergambar makhluk hidup atau tulisan-tulisan “sayah”, celana pun tidak boleh terlalu ketat.

Apalagi gadget, sangat terlarang disini. Terkecuali penggunaan laptop.

Keluar pondok 2 pekan sekali. Kecuali ada keperluan penting tertentu.

Gerakan kita “dibatasi”.

Hehehe…. peraturan yang sudah disebutkan belum seberapa.

Tapi…

Karena ini pesantren maka wajar saja peraturan disini ‘bejibun’, toh pesantren sudah diamanahi untuk mendidik anak-anak dari orang tua yang sudah mempercayai lembaga berbasis pesantren ini, tentunya tanpa mengesampingkan pendidikan dari orang tuanya.

Peraturan yang sedemikian banyak diharapkan bisa membantu dan mengarahkan para santri untuk menjadi lebih baik, tentunya dengan kehendak dari Allah subhanahuwata’ala.

Karena manusia yang membuat peraturan, perlu ada evaluasi, karena pasti ada kecacatan di dalam peraturan tersebut.

Bel Yang ‘Mengganggu’
#

Saat pertama kali saya datang ke pondok ini lalu terdengar desingan bel seperti sirine ambulans yang membawa pasien.

Setengah lucu plus heran

“suara apaan sih, lucu banget” benakku. Saat pertama kali masuk pesantren.

Setengah jam dan seperempat jam sebelum salat, bahkan menjelang adzan, bel berbunyi. Memberi kabar ke seluruh santri bahwa waktu sholat semakin dekat.

Ya, kami dilatih untuk shalat tepat pada waktunya.

Tapi yang bikin kesal, terkadang saat kami merebahkan badan untuk beristirahat di siang harinya. Tiba-tiba..

Bel berbunyi kembali…

Bel itu terdengar begitu memekakkan telinga, apalagi yang udah dapet PW (posisi wenak). Merasa terganggu.

Suara desingan khasnya berulang-ulang sebanyak 4 kali, menandakan kami harus berkumpul.

Biasanya ada hal penting yang harus disampaikan atau ustadz mengumumkan sesuatu.

Dahulu Kala
#

Biasanya para santri membantu mengangkat pasir atau mengangkat material lainnya ke lokasi proyek pembangunan di pesantren.

Ada pengalaman tersendiri, karena kontur tanah di pesantren ini perbukitan.

Bisa bayangkan bagaimana rasanya saat mengangkut seember pasir dengan menaiki 20 lebih anak tangga.

Atau mengangkat potongan batu sebesar dua kepala manusia untuk fondasi bangunan.

Alhamdulillah ini bisa menjadi ladang amal jariyah bagi kami para santri -insyaallah- karena bangunan yang didirikan bisa digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat dan pahalanya akan mengalir terus-menerus 🙂

Jassus ?
#

Di sini kita diharuskan untuk menggunakan bahasa resmi yaitu bahasa Inggris atau bahasa Arab

Mengapa? karena kedua bahasa itu merupakan bahasa yang wajib untuk dipelajari.

Bahasa Inggris adalah bahasa dunia dan Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an.

Secara bertahap kita mulai mempelajari untuk mengenal berbagai kosa kata yang sering diucapkan sehari-hari.

Kemudian beberapa bulan setelah itu kami diwajibkan untuk mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa arab atau inggris.

Lalu bagian bahasa memantau siapa saja yang melanggar bahasa.

Bagaimana caranya..?

Bagian bahasa mengutus beberapa jassus (mata-mata)

Jassus disini gunanya untuk mengetahui siapa saja yang melanggar bahasa.

Bagian bahasa mempersiapkan sebuah kertas yang nanti akan diisi oleh jassus dengan nama santri yang melanggar bahasa, jika ditemukan menggunakan bahasa selain bahasa resmi pondok pesantren.

Kenapa seperti itu? agar dimanapun dan kapanpun kita bisa menggunakan berbahasa arab atau inggris.

Hati-hati… kalau kamu menggunakan bahasa daerah, Sunda atau Jawa dsb, maka hukuman akan lebih berat.


Kalau mau menambahkan pengalaman kamu saat nyantri atau mau bertanya, silahkan lewat kolom komentar yaa 🙂